Dampak Sering Menyalahkan apalagi Memvonis Orang Lain!

Jalanlain.com - Literasi. Selain memendam atau mengekspresikan rasa kesal, menyalahkan pun salah satu wujud dari afirmasi negatif.

Tema ini sudah sering dibahas, bisa searching di channel Kelas Afirmasi Online  dengan kata kunci "menyalahkan" tapi saya bahas lagi agar menjadi pengingat.

Kadang ada suami yang menyalahkan istrinya atau sebaliknya, istri menyalahkan suaminya. Seolah-olah gara-gara pasangan, semua keburukan ini terjadi.

Atau ada juga menantu menyalahkan mertua, pun sebaliknya. Anak menyalahkan orang tua, atau sebaliknya. Ada saja alasan atau kondisi yang dianggap "salah dia" atau "salah kamu". 

Sekarang coba perhatikan apa yang dibayangkan pikiran saat menyalahkan? Pikiran membayangkan orang lain dengan sikapnya negatifnya bukan?

Semakin sering menyalahkan, semakin sering membayangkan hal itu. Padahal membayangkan adalah rumus agar sesuatu terjadi, sama saja memilih agar perilaku buruk itu terjadi kembali.

Tapi ada yang menarik lagi.

Perhatikan pikiran atau perasaan tentang diri sendiri, ada rasa tak berdaya seolah diri sendiri tak berkutik bukan? Bahkan seolah diri sendiri menjadi korban bukan?

Nah ini!

Di satu sisi membayangkan keburukan orang lain, lalu di sisi lain membayangkan diri sendiri yang tak berdaya. Gak ada positifnya, benar?

Tanpa disadari, menyalahkan menghasilkan afirmasi negatif sebagai berikut:

Orang lain berkuasa menimpakan keburukan pada diri sendiri, lalu diri sendiri tak berdaya sebagai korban.

Terus menerus menyalahkan pasangan, anak, orang tua, atau siapa pun, artinya terus menerus membayangkan diri sendiri tak berdaya sebagai korban atas kedzaliman orang lain.

Itu sebabnya, tak ada kreativitas dari orang yang menyalahkan, tak ada dorongan bergerak maju dari orang yang menyalahkan.

Baik menyalahkan keadaan maupun menyalahkan orang lain.

Tak ada.

Biasanya orang yang menyalahkan akan mandeg, diam, atau cari aktivitas lain sekedar melampiaskan.

Lalu bagaimana cara menjadi kreatif atau bergerak maju?

Mulailah dari ambil tanggung jawab, bahwa apa pun yang terjadi atau bagaimana pun sikap buruk orang lain, adalah karena keputusan diri sendiri dan karenanya memilih bertanggung jawab.

Ini sama dengan memilih berkuasa atau mampu, sehingga pikiran mengakses sumber daya untuk berkuasa dan mampu (kembali).

Sekarang mari kita rasakan perbedaan dua pernyataan berikut ini, 

"Gara-gara dipecat perusahaan, aku kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan!" 

Lalu yang kedua,

"Meskipun aku dipecat perusahaan, tapi aku memilih bertanggung jawab atas hidupku dan memilih terus produktif dan berlimpah."

Atau dua kalimat berikut ini, 

"Gara-gara suami tidak bertanggung jawab, aku jadi harus kerja ninggalin anak seharian!"

Bandingkan dengan ini,

"Meskipun suami belum bertanggung jawab, tapi aku memilih berdaya dan produktif di rumah sehingga bisa menerima rezeki setiap hari dengan tetap mengasuh anak dengan mudah dan bahagia."

Perhatikan, mana yang memberdayakan dan membuat pikiran berfikir kreatif? 

Wallahu'alam
Ahmad Sofyan Hadi
Penulis Buku Reset Hati Instal Pikiran

Download Free Ebook "Temukan Mentalblock melalui Analisa Tanda Tangan ''

http://guruahmadfauzi.behindsign.com

🏡KELAS AFIRMASI ONLINE
Dengan visi besar "Memutus Rantai Kekerasan dalam Rumah Tangga"

Posting Komentar untuk "Dampak Sering Menyalahkan apalagi Memvonis Orang Lain! "