Tak Sadar Kadang Kita (Memilih) Miskin

(Memilih) Miskin, Tak Sadar

Orang yang memilih miskin, tak sadar, ditandai dengan merasa tak layak dengan fasilitas kemewahan atau kemudahan, meskipun gratis.

Contohnya ketika ditawari naik gocar oleh tuan rumah untuk pulang setelah bertamu, gratis alias dibayari, si tamu menolak dengan alasan "sayang uangnya."

Itu artinya dia merasa tak layak dapat fasilitas itu, merasa nilai uang jauh diatas nilai dirinya sendiri. "Aku ngankot aja, dah biasa."

Padahal untuk naik angkot mesti jalan kaki 500 meter dan hujan gerimis. Maksud tuan rumah adalah memuliakan tamu, terlebih kasihan anak-anak di rumah menunggunya. 

Naik gocar lebih aman, lebih cepat, plus lebih nyaman. Tapi sekali lagi, dia merasa tak layak.

Sebenarnya saya bukan menceritakan orang lain, dulu saya begitu. Sayang uangnya meskipun dibayarin. Contoh ketika diberi kemeja bagus, sayang uangnya sebab terbiasa dengan baju kaos murah.

Tak sadar ini adalah "memilih" untuk berada di level ketidaklayakan. Merasa bersalah ketika mendapatkan fasilitas yang lebih layak.

Sebabnya adalah terlalu lama dalam ketidaklayakan sehingga merasa pantas di level itu. Saya butuh waktu lama untuk keluar dari perasaan itu.

Kenyataannya, ketika sehari-hari naik gocar yang mana ongkosnya berpuluh-puluh ribu daripada angkot, lalu saya menyamankan saat di dalamnya, saya merasa layak untuk selalu naik mobil.

Jadi pointnya bukan apakah kita bisa atau tidak bisa menjangkau fasilitas itu, tapi apakah kita nyaman dan damai saat mendapatkan fasilitas itu.

Daripada naik gocar dengan perasaan bersalah, lebih baik naik angkot tapi menikmati dan damai. Pun dari pada naik angkot dengan rasa gelisah atau tak nyaman, lebih baik naik gocar dengan perasaan nyaman.

Masalah uang akan mengikuti perasaan, sebab uang adalah energi, hakikatnya adalah solusi, selaras dengan perasaan bahagia dan nyaman.

Jadi point kekayaan adalah seberapa nyaman Anda dengan hidup yang Anda jalani? Lalu seberapa merasa layak Anda memdapatkan fasilitas atau kemudahan.

Walau saya akui, saat mau beli ipad saja ada rasa "duh, sayang nih uangnya!" Tapi saya memilih tetap beli (karena perlu dan memang ada anggarannya) lalu mensugesti, "uang ada lagi, datang lebih banyak, lebih sering, lebih berkah."

Wallahu'alam.
Ahmad Sofyan Hadi

Posting Komentar untuk "Tak Sadar Kadang Kita (Memilih) Miskin"