Namun, di sebuah desa kecil di Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Pondok Pesantren Darus Salam 2 pada 26 Juni 2025 malam, mempersembahkan sebuah perayaan Tahun Baru Islam yang penuh makna dan penuh harapan. Dimulai sejak pukul 19.00, acara ini berlangsung di halaman pesantren dengan suasana yang hangat, meski cuaca mulai dingin. Para santriwati menyambut tamu undangan dengan lagu-lagu religi yang penuh penghayatan, seolah ingin mengingatkan kita akan pentingnya refleksi spiritual, bukan hanya pesta semata.
Acara ini mengalir dengan penuh kesederhanaan, namun sarat akan nilai spiritual. Rangkaian kegiatan pertama yang berlangsung adalah pembacaan Kalam Ilahi, mengalunkan ayat-ayat suci Al-Quran yang disampaikan dengan suara lembut dan penuh penghayatan. Suasana menjadi khusyuk, menggugah hati para hadirin untuk merenung dan memperdalam pemahaman akan makna kehidupan yang sesungguhnya. Tak lama kemudian, acara dilanjutkan dengan wisuda khotmil quran yang menandakan keberhasilan sejumlah santri dalam menyelesaikan hafalan mereka.
Momen wisuda khotmil quran menjadi simbol penting bagi Pondok Pesantren Darus Salam 2 yang terus berkomitmen mencetak generasi yang berakhlakul karimah. Dalam keseharian mereka, para santri tidak hanya dididik untuk menjadi ahli dalam ilmu agama, tetapi juga diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Wisuda ini menjadi titik balik bagi mereka yang telah menghafalkan kitab suci, sekaligus menjadi cermin bagi kita semua untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Sambutan KH. Fauzan Asyari menyampaikan Fadilah orang yang mempelajari Al-Quran dan Alquran memberikan safaat kepada pembacanya.
Salah satu bagian yang tak kalah menyentuh adalah acara santunan anak yatim. Dalam suasana yang penuh rasa kebersamaan dan kasih sayang, anak-anak yatim yang hadir di atas panggung menerima santunan dari para dermawan yang hadir. Ini adalah pengingat yang kuat bagi kita tentang pentingnya berbagi dengan sesama, terutama mereka yang membutuhkan. Keberadaan mereka di tengah perayaan ini memberikan nuansa yang lebih dalam, membuat perayaan ini lebih berarti daripada sekadar sekumpulan acara formal.
Namun, yang menarik, sekaligus sedikit menggelitik, adalah kenyataan bahwa di tengah perayaan ini, kita bisa melihat kontras yang mencolok dengan cara kita merayakan Tahun Baru Masehi. Mengapa kita, umat Islam, seolah lebih bersemangat merayakan Tahun Baru Masehi? Mengapa kita lebih gemar mengikuti perayaan-perayaan yang jauh dari nilai-nilai agama, seperti pesta dan kembang api? Apa yang salah dengan kita yang lebih memilih merayakan pergantian kalender Gregorian, sementara Tahun Baru Islam yang sarat dengan makna spiritual justru sering kali terabaikan?
Malam itu, Pondok Pesantren Darus Salam 2 tidak hanya mempersembahkan rangkaian acara yang penuh nilai religi, tetapi juga sebuah pentas seni yang memukau, menampilkan bakat-bakat terpendam dari santri-santri yang selama ini dikenal dengan kegiatan spiritual mereka. Dari fashion show islami yang elegan, puisi yang menyentuh, hingga tari-tarian yang sarat dengan pesan moral, semua tampil dengan apik, membawa nuansa yang kental akan nilai agama dan budaya.
Namun, tidak dapat dipungkiri, di dunia yang serba modern ini, perayaan Tahun Baru Masehi masih lebih banyak mendapat perhatian. Bahkan banyak kalangan yang tidak memperhatikan makna dari Tahun Baru Islam. Ada kecenderungan bahwa kita lebih mementingkan perayaan yang bersifat duniawi, yang bersifat sesaat, tanpa menyentuh aspek spiritual yang lebih dalam. Pesta kembang api, pesta tahun baru, hingga berbagai acara hiburan yang mengundang orang untuk merayakan pergantian tahun dengan cara yang kurang bermakna—ini menjadi cerminan dari sebuah masyarakat yang terfokus pada hal-hal sepele daripada pada perbaikan diri yang hakiki.
Puncak dari acara Tahun Baru Islam di Pondok Pesantren Darus Salam 2 ini ditutup dengan doa bersama yang penuh harapan dan kesyukuran. Doa yang mengalir dengan penuh ketulusan memohon agar segala amalan yang telah dilakukan sepanjang tahun ini diterima oleh Allah SWT dan mendapatkan ridha-Nya. Suasana haru dan penuh berkah pun terasa menghinggapi setiap wajah yang hadir. Malam itu, kita semua diingatkan bahwa dalam setiap perayaan, yang lebih penting adalah refleksi diri dan perbaikan dalam hidup, bukan sekadar mengikuti arus pesta tanpa makna.
Tahun Baru Islam seharusnya menjadi momen untuk kita kembali merenung, memperbaiki diri, dan bertekad menjadi pribadi yang lebih baik. Sayangnya, dalam masyarakat yang modern ini, momen tersebut kadang terabaikan. Seperti yang terlihat di Pondok Pesantren Darus Salam 2, Tahun Baru Islam harus kembali kita rayakan dengan penuh makna, dengan memperbaiki diri dan memperbanyak amal, bukan hanya tentang sekadar pergantian angka dalam kalender. Sebuah perayaan yang lebih dalam dan bermakna, bukan hanya tentang keriuhan dan euforia sesaat. Tahun Baru Islam adalah momen untuk hijrah, untuk menjadi lebih baik dalam setiap aspek kehidupan kita.
Posting Komentar untuk "Tahun Baru Islam di Pondok Pesantren Darus Salam 2 : Refleksi Kembali atas Makna yang Sering Dilupakan"