Jalanlain.com - Selalu Ada Inspirasi. Anda tentu sudah sering mendengar istilah pembelajaran mendalam. Istilah yang begitu keren, tapi sering membuat guru mengernyitkan dahi. Katanya, pembelajaran ini membuat siswa berpikir lebih jauh. Katanya lagi, siswa akan menemukan makna, bukan sekadar menghafal. Tetapi ketika guru masuk kelas, buku paket di tangan, waktu hanya 45 menit, administrasi menumpuk, barulah muncul satu pertanyaan sederhana: caranya bagaimana?
Kurikulum Merdeka datang membawa semangat baru—lebih merdeka, lebih fleksibel, lebih manusiawi. Namun kurikulum secanggih apa pun tidak akan bergerak tanpa satu hal: guru yang mau berubah. Bukan berubah gaya rambut, tapi berubah pola pikir.
Pembelajaran mendalam, sebetulnya, bukan konsep rumit. Ia sederhana. Sangat sederhana malah. Ia meminta guru berhenti bertanya “berapa halaman yang harus diselesaikan minggu ini” dan mulai bertanya “apa pemahaman yang harus dibawa siswa pulang hari ini.”
Di sinilah letak tantangannya. Kita, para guru dan akademisi, terlalu lama hidup dalam budaya kejar target. Siswa sibuk mencatat, guru sibuk menjelaskan, dan keduanya sama-sama lupa untuk bertanya: “Mengapa ini penting?”
Guru tidak diminta menjadi superman. Tidak harus membuat kelas seperti laboratorium penelitian. Cukup lakukan tiga hal kecil yang dampaknya besar.
Pertama, ajukan pertanyaan yang membuat otak siswa berhenti sebentar. Pertanyaan yang tidak ada di buku paket. Pertanyaan yang memaksa mereka menghubungkan pelajaran dengan hidupnya sendiri. Begitu mereka berhenti, berpikir, dan bertanya balik—saat itu pembelajaran mendalam sedang bekerja.
Kedua, berikan waktu untuk eksplorasi. Biarkan siswa mencari, mencoba, salah, dan mengulang. Guru cukup menjadi pagar agar mereka tidak tersesat. Pembelajaran mendalam lahir bukan dari jawaban, tetapi dari proses mencari jawaban.
Ketiga, ajak mereka merefleksikan apa yang mereka temukan. Reflection adalah vitamin utama pembelajaran mendalam. Tanpa itu, pengetahuan hanya lewat, tidak menetap.
Di era Kurikulum Merdeka, guru mungkin tidak semakin santai. Tapi guru bisa semakin berarti. Karena akhirnya, kelas tidak lagi dihitung dari berapa halaman yang habis, tetapi dari berapa banyak pemahaman yang tumbuh.
Dan di situlah pembelajaran mendalam menemukan rumahnya: di kelas-kelas yang berani memilih makna daripada rutinitas.
Posting Komentar untuk "Pembelajaran Mendalam di Era Kurikulum Merdeka : Strategi Praktis untuk Guru Semua Jenjang"